Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2002/12/25

Rabu, 25 Desember 2002 (Hari Natal 1)

Lukas 2:1-7
Tiga alasan untuk meremehkan Natal

Tiga alasan untuk meremehkan Natal.
Pertama, Tempat Kejadian Perkara (TKP) Natal adalah daerah pinggiran. Jauh dari tempat Kaisar Agustus memerintah; jauh dari tempat kediaman sang wali negeri di Siria, bahkan bukan juga Ibukota Yudea, Yerusalem. Jauh dari pentas utama sejarah dunia, regional, maupun nasional. Hanya kota kecil yang bernama Betlehem—kebetulan kampung halaman raja Daud (ayat 4). Kedua, para tokoh utamanya punya latar belakang yang (demi sopan santun) "mencurigakan". Yusuf dan Maria baru bertunangan, tetapi Maria sudah mengandung (ayat 5). Lagipula, orang yang cukup terhormat rasanya masih akan mendapatkan tempat menginap yang cukup layak, apapun situasinya (ayat 7b). Ketiga, cara terjadinya Natal. Peristiwa Natal itu mengambil setting, dari berbagai tempat lain yang mungkin, dalam sebuah kandang. Belum lagi melihat tindakan Maria kepada Sang Bayi Natal yang, jujur saja, tidak mungkin dijadikan tindakan pascapersalinan teladan (ayat 7). Inilah kesimpulan yang seharusnya timbul setelah kita membaca nas ini—jika kita melepaskan sejenak gambaran Natal yang kita punyai selama ini, melalui hasil bentukan berbagai lukisan, renungan, drama, film, dll., tentang Natal yang romantis, menggugah, sekaligus agung megah. Mungkin kesan ini pula yang timbul pada saat Teofilus—yang kemungkinan punya kedudukan cukup terhormat—membaca bagian ini. Namun, melalui pembacaan seperti, justru kita (dan para Teofilus di antara kita) lebih mudah untuk menangkap berita Natal dalam cara yang dimaksudkan oleh Lukas. Melalui keremeh-temehan seperti ini, rencana keselamatan Allah yang dahyat, yang telah dijanjikan dengan dahsyat dalam PL, telah diwujudkan. Melaluinya, nyata bahwa karya penyelamatan Allah tidak boleh diremehkan, dan berhak menerima pujian dan syukur kita yang terdalam.

Renungkan:
Sama seperti Yesus Kristus yang datang dalam kerendahan—juga dalam kehinaan—demikian juga kita dipanggil untuk bersukacita dalam perendahan diri di hadapan Tuhan. Jagalah agar jangan sukacita Natal Anda justru menjadi pertunjukkan keangkuhan di hadapan orang lain!

 

Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
melalui edisi Santapan Harian yang kami kirim secara rutin +/- 10.000 eks.
Kirim dukungan Anda ke: BCA 106.30066.22 Yay Pancar Pijar Alkitab.

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org