Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2021/12/11 |
|
Sabtu, 11 Desember 2021 (Minggu Adven ke-2)
|
|
Bukan hal yang mudah menghadapi orang keras kepala. Apa pun yang kita sampaikan tidak akan didengarnya, seperti bicara pada tembok. Kita capek hati, bahkan emosi terkuras. Menghadapi satu orang saja sangat sulit, terlebih lagi harus menghadapi satu bangsa. Yehezkiel diutus menghadapi bangsanya sendiri, yakni kaum Israel, untuk menyampaikan perkataan Allah (4). Seharusnya mudah bagi Yehezkiel karena ia bukan berbicara kepada bangsa asing yang berbeda bahasa. Namun, kenyataannya lebih sulit karena ia menghadapi kaum Israel yang berkepala batu dan tegar hati. Bangsa itu tidak mau mendengarkan Allah, terlebih lagi Yehezkiel (5-7). Namun, Allah tetap mengutus hamba-Nya. Allah meneguhkan hati Yehezkiel dan membuat semangatnya membaja untuk melawan mereka (8-9). Seperti batu intan yang lebih keras daripada batu, peneguhan Allah bagi Yehezkiel lebih kuat daripada ketegaran hati mereka. Ketika bangsa Israel menjauh dari-Nya, Allah tetap memberikan firman-nya dan mengutus seorang nabi (10-11). Perikop ini belum menjelaskan secara terperinci apa yang difirmankan Allah kepada Yehezkiel. Namun, Yehezkiel turut merasakan murka Allah. Ia tidak pergi dengan hati yang gembira, tetapi dengan hati panas dan perasaan pahit (14). Yehezkiel bukan hanya pembawa pesan yang tidak merasakan apa-apa, melainkan seorang nabi yang telah melihat kemuliaan Allah dan dipenuhi kekuasaan-Nya. Terkadang manusia tidak mau mendengarkan bukan karena halangan teknis, seperti perbedaan bahasa, melainkan karena kekerasan hati mereka. Justru kepada orang-orang seperti itulah Allah mengutus kita untuk memberitakan Injil-Nya. Allah ingin supaya kita menerima firman-Nya dan menyampaikannya kepada sesama. Untuk itu, Allah sudah menyiapkan perlengkapan untuk kita; Ia memberikan keberanian agar kita sanggup menghadapi kesulitan yang akan kita hadapi. Karena itu, dalam situasi apa pun, kita tetap mengerjakan tugas dan tanggung jawab dari Allah. Ketakutan bisa saja melanda, tetapi kita akan mengalahkan rasa takut itu dengan tetap beriman kepada Allah. Dialah yang selalu meneguhkan hati kita. [SLM] Baca Gali Alkitab 6 Sewaktu kita diajak ke dalam sebuah misi penginjilan, kita takut akan berbagai macam keterbatasan. Padahal, nyatanya yang menjadi hambatan terbesar bukanlah hal-hal teknis, melainkan keterbukaan hati manusia. Demikianlah yang dialami Nabi Yehezkiel. Jangankan didengarkan, Yehezkiel bisa-bisa diejek, dipukuli, dan diusir oleh orang-orang sebangsanya. Seorang nabi saja bisa merasa takut, apalagi kita! Sebenarnya, apa yang membuat para nabi mampu menyampaikan firman Allah di tengah umat yang tegar tengkuk? Apa saja yang Anda baca? Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda? Apa respons Anda? Pokok Doa:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |