Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2020/11/19 |
|
Kamis, 19 November 2020 (Minggu ke-24 sesudah Pentakosta)
|
|
Bagi orang yang tidak bisa berenang, tercebur ke kolam yang dalam adalah pengalaman yang menakutkan. Orang itu tentu membutuhkan pertolongan. Namun, supaya dapat ditolong dia harus tenang, mendengarkan, dan menurut pada petunjuk penolongnya. Kepanikan hanya akan menambah bahaya baginya. Yehuda sedang panik. Di tengah krisis, mereka sibuk mencari pertolongan dengan caranya sendiri. Mereka memutuskan untuk berlindung kepada bangsa lain yang mereka pikir lebih kuat daripada bangsa penyerang. Mereka mencari perlindungan kepada Mesir dan melupakan Allah (2). Padahal, Allah menginginkan agar mereka tetap tenang dan percaya kepada-Nya. Firman Allah yang datang kepada mereka mengingatkan bahwa berharap kepada Mesir dan kekuatan perangnya hanya akan membuat mereka malu, sebab Mesir tidak akan berdaya menghadapi Asyur (3, 7). Allah menyebut mereka sebagai anak-anak pemberontak, sebab sekalipun mereka adalah anak-Nya tetapi mereka tidak mau mendengarkan suara-Nya yang datang melalui nabi-Nya. Justru mereka membungkam dan mengusir nabi itu (10-11). Saat Allah meminta mereka tinggal tenang dan berharap kepada-Nya, Yehuda justru sibuk dengan kepanikannya. Kita pasti pernah mengalami peristiwa yang berat dalam hidup ini. Pada saat seperti itu, kita punya dua pilihan. Pertama, kita bereaksi terhadap kepanikan dan berpikir pendek mengenai penyelesaian masalah sesegera mungkin. Kedua, kita merespons dengan berhenti sejenak untuk menenangkan diri, berdoa memohon pertolongan Allah dan hikmat-Nya. Cara pertama akan mendorong kita untuk mengambil pilihan yang tidak cermat bahkan tidak sesuai dengan kehendak Allah. Cara kedua akan memberi kesempatan kepada Allah untuk bekerja menolong dan membuat kita berpikir jernih. Jadi dengan pilihan yang ada itu, memilih tetap tenang dan percaya serta mengikuti kehendak Allah adalah pilihan yang terbaik. Akankah Anda memilihnya? [KRS]
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |