Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2006/11/09 |
|
Kamis, 9 November 2006
|
|
Judul: Prinsip sabat & desakan ekonomi Kebutuhan ekonomi yang kian tinggi sering kali menjadi alasan seseorang untuk mengabaikan waktu beribadah. Sedangkan keserakahan menyebabkan orang lupa akan Tuhan. Dua hal itulah yang sering menjadi alasan umat Tuhan melupakan bahkan melanggar peraturan Sabat. Sabat adalah peringatan karya kasih Allah dalam sejarah Israel yang membebaskan mereka dari kerja paksa selama di Mesir. Menguduskan Sabat berarti menghormati Allah pemimpin mereka dan menyatakan syukur mereka akan perbuatan kasih Allah. Maka, memelihara Sabat akan mendatangkan berkat bagi mereka (26). Sebaliknya, hidup yang dikuasai keserakahan membuat para pemimpin memeras rakyat dengan kerja paksa, melanggar peraturan Sabat. Bagi rakyat yang miskin, Sabat dilanggar karena tidak mampu lagi memilah mana waktu untuk Tuhan dan mana waktu di mana mereka harus mencari makan. Rupanya kebobrokan pemerintahan telah memengaruhi pula pola hidup masyarakat yang tidak lagi menghargai Sabat Tuhan. Oleh pelanggaran itu mereka akan dihukum Allah (27). Sabat adalah anugerah Tuhan untuk menata ulang hidup/fokus kembali kepada Allah, sehingga kehendak Allah kembali menjadi prioritas utama. Desakan kebutuhan ekonomi tidak dapat dijadikan alasan untuk mengabaikan persekutuan dengan Tuhan, atau sampai mengorbankan kemanusiaan demi kepentingan perut pribadi. Umat Kristen menerapkan prinsip Sabat dengan mengkhususkan hari Minggu untuk beribadah. Dengan beribadah kita menghormati Allah yang sudah menebus kita di dalam Tuhan Yesus. Dengan memberikan kesempatan pegawai, karyawan, pembantu kita beristirahat dan beribadah pada hari Minggu, kita juga sudah menerapkan makna Prinsip Sabat dengan tepat, yaitu membangun kembali kemanusiaan sebagaimana yang dikehendaki Allah. Renungkan: Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat (Markus 2:27).
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |