Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2020/09/13

Minggu, 13 September 2020 (Minggu ke-15 sesudah Pentakosta)

Mazmur 105:1-11
Allah dan Janji-Nya yang Kekal

Dalam film The Innocents, seorang biarawati berkata: "Iman adalah dua puluh empat jam ragu dan satu menit berharap." Ucapan ini muncul di tengah pergumulan imannya untuk memahami kasih setia Allah pada masa sulit. Apakah iman adalah pergulatan seseorang untuk memahami kasih setia Allah?

Bangsa Israel memahami bahwa mereka bisa kembali ke Tanah Perjanjian (pascapembuangan) karena kesetiaan Allah. Meskipun terjajah oleh Kerajaan Persia, mereka melihat bahwa ikatan perjanjian Allah dengan leluhur mereka (Abraham, Ishak, Yakub) bersifat kekal dan masih berlaku bagi mereka. Ikatan perjanjian inilah yang didengar oleh bangsa Israel turun-temurun (8).

Kebaikan dan kesetiaan Allah terhadap perjanjian-Nya disaksikan oleh bangsa Israel dalam tradisi Taurat. Kesetiaan Allah layak dinyanyikan dan diceritakan; nama-Nya layak ditinggikan (2-3). Pemazmur mengajak semua orang percaya untuk mencari dan menaikkan rasa syukur kepada Allah. Hal yang menarik di sini terletak pada kata "bersyukur". Jika dilihat arti harfiahnya, kata "bersyukur" berarti sikap kedua tangan yang terbuka diarahkan kepada Allah sebagai bentuk pengakuan dan penghormatan di depan umum. Pengakuan ini ditujukan kepada Pribadi Allah yang setia terhadap perjanjian-Nya yang bersifat kekal. Kesetiaan Allah itu telah teruji dan tidak lekang oleh waktu karena Allah berulang-ulang datang menyapa dan menyelamatkan umat-Nya dari kehancuran.

Sebagai orang percaya, kita telah masuk dalam perjanjian Allah melalui Kristus. Tetapi, kita jarang menaikkan syukur kepada Allah. Hal itu terlihat saat kita ditimpa kemalangan. Terkadang kita sulit melihat kesetiaan Allah, apalagi memuji-Nya. Padahal, tangan Tuhan selalu terbuka bagi umat-Nya yang membutuhkan pertolongan. Mungkin kita yang tidak sabar melihat cara kerja Allah yang terlalu lamban membimbing kita menemukan solusinya. Marilah kita dengan rendah hati belajar melihat kesetiaan Allah yang tidak pernah pudar agar hidup kita penuh dengan rasa syukur kepada-Nya. [JHN]

 

Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
melalui edisi Santapan Harian yang kami kirim secara rutin +/- 10.000 eks.
Kirim dukungan Anda ke: BCA 106.30066.22 Yay Pancar Pijar Alkitab.

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org