Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2020/07/25 |
|
Sabtu, 25 Juli 2020 (Minggu ke-7 sesudah Pentakosta)
|
|
Hiasan berbentuk salib pasti sering kita lihat. Benda itu kerap terlihat menempel di dinding rumah atau dikenakan sebagai perhiasan. Awalnya, hiasan salib dibuat untuk mengingat karya keselamatan Kristus bagi dunia. Sayangnya, banyak orang salah memaknainya. Bahkan, ada yang menjadikan hiasan salib sebagai jimat keramat. Hal serupa terjadi pada efod pada zaman Gideon. Efod adalah pakaian seorang imam yang dikenakan ketika memimpin ibadah di tempat kudus (bdk. Kel. 28:5-35, 39:2-26; Im. 8:7-8). Pada saat Gideon meminta emas untuk membuat efod, mungkin ia bermaksud baik. Ia ingin menjadikannya sebagai pengingat bahwa Tuhan menolong mereka mengalahkan bangsa Midian. Maksud baiknya juga terlihat dalam ayat 22. Ketika orang Israel meminta Gideon menjadi raja, ia menolaknya. Baginya, Tuhanlah yang terutama dan yang berhak memerintah atas mereka. Namun, maksud baik Gideon dipahami dengan cara yang salah oleh orang Israel. Bukannya menjadi pengingat, sebaliknya, mereka menjadikan efod sebagai berhala dan menyembahnya. Alkitab mengatakan inilah yang menjadi jerat bagi Gideon dan seisi rumahnya. Hal ini tentunya juga berdampak kepada orang Israel sebab mereka tidak lagi menyembah hanya kepada Tuhan. Hal yang menyedihkan hari ini adalah banyak anak Tuhan berangkat dari motivasi baik dalam mengambil keputusan. Akan tetapi, hasil akhir dari keputusan itu malah menjadi salah. Mungkin hal itu bisa terjadi karena mereka tidak berpikir panjang dan kritis terhadap risiko yang mungkin ada. Oleh sebab itulah, dalam setiap perencanaan dan keputusan, kita harus meminta hikmat dari Tuhan. Mari kita memohon agar kepekaan rohani kita dilatih-Nya serta dibukakan hati dalam menerima masukan. Dengan demikian, setiap keputusan dan tindakan kita menjadi berkat bagi orang lain dan nama Tuhan dimuliakan. Di dalam hikmat Tuhan, biarlah niat baik kita menjadi tindakan yang dikenan-Nya. Mari kita terus-menerus menilik batin kita supaya jernih dalam bertindak. [STG] Baca Gali Alkitab 4 Gideon mungkin salah satu hakim Israel yang paling agung. Pernyataannya bahwa dia tidak akan menjadi raja atas Israel (8:23) menyatakan ia tidak memiliki ambisi pribadi ketika memimpin umat Israel mengalahkan Midian. Di pasal 6 ini kita membaca permulaan pelayanannya yang ditandai dengan pergumulan untuk memercayakan dirinya pada Tuhan yang mengutusnya. Tuhan menjawab pergumulannya dengan tanda-tanda yang sangat jelas. Apa saja yang Anda baca? Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda? Apa respons Anda? Pokok Doa:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |