Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2024/07/09 |
|
Selasa, 9 Juli 2024 (Minggu ke-7 sesudah Pentakosta)
|
|
Makan bersama adalah hal yang lazim dilakukan dalam suka maupun duka. Saat pesta ulang tahun maupun upacara pemakaman, kita dapat berbagi perasaan dengan makan bersama. Namun, bagaimana kalau kita sedang bermasalah dengan orang yang makan bersama kita? Nyamankah? Yakub dan Laban, yang semula saling bersikap curiga dan bermusuhan, akhirnya duduk untuk makan bersama (46b). Laban mengajak Yakub untuk mengadakan perjanjian dan Yakub mendirikan tugu batu sebagai saksi (44-46a). Dalam kondisi demikian, mereka, yang semula bersitegang, bisa makan bersama dengan tenang. Setelah selesai makan, Laban mengajukan isi perjanjian dan Yakub menyetujuinya (48-53). Makan bersama oleh Laban dan Yakub bisa dilihat dari dua sisi. Pertama, mereka yang semula saling tidak percaya kini bersepakat untuk mengadakan perjanjian. Itu berarti ganjalan di antara mereka telah hilang. Kita pasti tidak bisa menikmati makan bersama orang yang dengannya kita memiliki ganjalan. Jadi, setelah ganjalan itu lepas, makan bersama bisa dilakukan dengan damai dan nikmat. Kedua, makan bersama dilakukan sebelum isi perjanjian dibicarakan. Kondisi kenyang dapat menolong orang untuk berpikir dengan lebih jernih dan tidak mudah dikuasai oleh emosi. Maka, makan bersama menolong mereka untuk mengusulkan dan menerima isi perjanjian dengan baik. Tampak bahwa makan bersama tidak bisa dipandang remeh. Makan bersama hanya bisa dilakukan dengan nikmat oleh orang-orang yang tidak ada ganjalan. Oleh karena itu, mari kita menjaga relasi dengan sesama, sehingga jika sewaktu-waktu kita perlu mengadakan makan bersama, tidak ada kecanggungan atau rasa tidak enak, tetapi yang ada hanyalah kedamaian dan sukacita. Makan bersama juga bisa kita adakan dalam membuat kesepakatan dan menjernihkan relasi. Oleh karena itu, tak perlu merasa sayang jika kita memang perlu mengadakan makan bersama. Yang penting adalah makan bersama itu kita jalani dengan tulus, sehingga nikmat dan manfaatnya bisa kita rasakan. [KRS]
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |