Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2021/04/17 |
|
Sabtu, 17 April 2021 (Minggu ke-2 sesudah Paskah)
|
|
Siapa pun bisa dan sanggup membuat janji, tetapi tidak setiap orang bisa setia pada janjinya. Bahkan, jika hari ini kita bisa setia pada satu janji, besok belum tentu kita setia pada janji yang lain. Karena itu, kesetiaan manusia tidak dapat diandalkan sepenuhnya. Halangan untuk menepati janji bisa datang dari dalam diri kita ataupun dari luar. Namun, Tuhan tidak demikian, Dia setia dan sanggup menepati janji-Nya. Dalam perikop ini pemazmur menceritakan kondisi hidupnya yang penuh dengan tantangan dan pergumulan. Pemazmur mengalami cemoohan dan ketidakadilan dari orang-orang fasik yang ada di sekitarnya (51, 53). Kondisi ini membuatnya tertekan. Namun, ia tahu bahwa ia memiliki sumber kekuatan dan penghiburan, yaitu janji Tuhan, janji yang membuatnya berharap dan memiliki kehidupan. Ia tidak menghadapi para pencemooh dengan cara yang bertentangan dengan hukum Tuhan. Ia ingat akan hukum-Nya yang adil, bahkan sejak dahulu kala (52). Karena itulah, ketika keadaan di sekitarnya makin tidak menguntungkan baginya, yang pemazmur ingat hanyalah hukum dan ketetapan-ketetapan Tuhan. Pemazmur mungkin meyakini bahwa Allah pasti akan bertindak, dan akan menjadi Pembelanya di hadapan lawan-lawannya. Ia tidak perlu membela diri, Allah yang akan bertindak. Kita juga dapat mengalami kondisi seperti pemazmur. Kita mungkin berada dalam berbagai tekanan hidup, entah itu karena masalah ekonomi, keluarga, penyakit, ataupun karena kejahatan manusia seperti ketidakadilan, fitnah, atau permusuhan. Pertanyaannya, bagaimanakah respons kita dalam menghadapi tekanan-tekanan tersebut? Marilah kita belajar dari pemazmur. Sebesar apa pun masalah dan tekanan yang mengimpitnya, sekeras apa pun usaha manusia untuk menjatuhkannya, ia hanya berpegang pada janji dan ketetapan Allah-yang ia tahu dan yakini tidak akan pernah berubah sebab Allah setia pada janji-Nya. Itulah yang menjadi kekuatan dan memberinya sukacita. Respons seperti itulah yang akan membuat hidup kita melimpah dengan ucapan syukur. [STG] Baca Gali Alkitab 7 Tidak ada perjalanan hidup yang selalu mulus. Setiap orang bisa saja mengalami jatuh bangun dan kemunduran rohani. Oleh karena kemunduran itulah, Tuhan memberikan teguran, bahkan hukuman, yang bisa saja datang melalui berbagai hal, termasuk dari orang-orang di sekitar kita. Cara kita memandang hukuman akibat kelalaian kita sendiri akan sangat menentukan bagaimana perjalanan kita selanjutnya. Kali ini Pemazmur ingin mengajar kita dari pengalamannya dalam melihat teguran dan hukuman Tuhan sebagai sebuah kebaikan bagi dirinya. Apa saja yang Anda baca? Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda? Apa respons Anda? Pokok Doa:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |