Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-rh/1998/10/19 |
|
Senin, 19 Oktober 1998 Bacaan : Roma 16:1-16 Setahun : Matius 23-25 Nas : Sungguh, kamulah kemuliaan kami dan sukacita kami (1Tesalonika 2:20)
|
|
Surat Paulus kepada jemaat di Roma dianggap sebagai inti teologis dari Perjanjian Baru. Pernyataan doktrin yang agung ini ditutup dengan salam pribadi dari sang rasul kepada sejumlah orang, 27 di antaranya disebut dengan namanya masing-masing. Ia juga menyebut "saudari kita," "teman-teman sekerja," "yang kukasihi," "saudaraku sebangsa," "yang pernah dipenjarakan bersama-sama," "saudara-saudara" dan "orang-orang kudus." Baru-baru ini saya membaca sepucuk surat, yang berisi ungkapan penghormatan bagi seorang pria Kristen yang secara pribadi telah mempengaruhi ribuan orang selama 50 tahun terakhir. Ia mengasihi dan mengajarkan Firman Allah. Ia menyambut semua orang dengan tangan terbuka, menunjukkan penghargaannya kepada mereka, dan menawarkan persahabatan. Banyak orang yang bertemu dengannya saat mereka belum menjadi pengikut Kristus, kini telah menjadi saudara seiman. Pikiran Rasul Paulus yang tajam penuh dengan doktrin, tetapi hatinya penuh dengan beban atas jiwa sesama manusia. Ia menulis kepada jemaat di Tesalonika, "Sebab siapakah pengharapan kami atau sukacita kami atau mahkota kemegahan kami di hadapan Yesus, Tuhan kita, pada waktu kedatangan-Nya, kalau bukan kamu? Sungguh, kamulah kemuliaan kami dan sukacita kami (1Tesalonika 2:19-20). Perpaduan antara komitmen terhadap kebenaran dan belas kasihan bagi sesama adalah ciri khas dari setiap orang yang, seperti Paulus, mencerminkan pikiran dan hati Kristus DCM
ANDA DAPAT MENGUKUR KASIH ANDA KEPADA ALLAH
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |