Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-rh/2000/10/09 |
|
Senin, 9 Oktober 2000 Bacaan : Mazmur 105:1-7 Setahun : Yesaya 32-33, Kolose 1 Nas : Bersyukurlah kepada Tuhan, serukanlah nama-Nya, perkenalkanlah perbuatan-Nya di antara bangsa-bangsa (Mazmur 105:1)
|
|
Seorang anak kecil berkata, "Kentang ini tidak enak tanpa garam." Dengan maksud yang sama kita juga dapat berkata, "Hidup ini terasa hambar tanpa ucapan syukur." Rasa syukur yang tak pernah pudar berasal dari keyakinan yang teguh akan hikmat, kuasa, dan kebaikan Allah tanpa menghiraukan bagaimana pun keadaan kita. Orang yang memiliki rasa syukur yang demikian bisa jadi adalah orang yang miskin secara materi, tetapi mereka sungguh-sungguh kaya secara rohani. Orang-orang yang pernah saya kenal, yang hidupnya penuh dengan ucapan syukur, tidaklah memiliki harta yang melimpah dan uang yang banyak di tabungan. Seorang tokoh dalam cerita yang ditulis oleh Charles Dickens berkata, "Ketidaktahuan saya tentang apa yang akan saya makan kelak merupakan suatu cara untuk senantiasa bersyukur atas makanan yang dapat saya makan hari ini." Kekayaan, di satu sisi, mungkin dapat menjadi suatu kekurangan. Seorang wanita yang kaya bercerita kepada seorang dokter bahwa ia sangat frustrasi terhadap keinginannya untuk terus-menerus mengumpulkan harta. Dokter itu menjawab, "Ini merupakan gejala yang umum dari terlalu banyaknya kenyamanan dalam rumah dan terlalu sedikitnya rasa syukur dalam hati." Bagaimana pun keadaan Anda, hitunglah berkat-berkat yang Anda terima. Mazmur 105 mengingatkan kita, "Bersyukurlah kepada Tuhan! . Ingatlah perbuatan-perbuatan ajaib yang dilakukan-Nya" (ayat 1,5). Rasa syukur dalam hati membuat hidup kita terasa lebih nikmat -- HVL SIKAP YANG BAIK DIAWALI DENGAN
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |