Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-rh/2000/09/19 |
|
Selasa, 19 September 2000 Bacaan : Ratapan 3:16-33 Setahun : Pengkhotbah 1-3, 2Korintus 11:16-33 Nas : Tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu! (Ratapan 3:22-23)
|
|
Bila Anda pernah merasakan kesedihan yang luar biasa sampai tak mampu mengucapkan sepatah kata pun, Anda akan dapat memahami dengan baik bagaimana perasaan Yeremia seperti yang diungkapkannya dalam kitab Ratapan. Kitab tersebut berisikan nyanyian ratapan untuk keruntuhan Yerusalem dan rakyatnya yang ditawan karena dosa-dosa mereka. Airmata "ratapan nabi" seolah terpercik di setiap halaman kitab itu. Akhir-akhir ini, pada saat membaca kitab Ratapan, saya senantiasa turut larut dalam kehancuran dan kesedihan yang digambarkan oleh Yeremia. Sebuah ayat yang tak asing lagi tiba-tiba menggugah hati saya. "Tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!" (3:22,23) Ayat tersebut sering dikutip secara terpisah sehingga saya melupakan konteks kepedihan yang terkandung di dalamnya. Di tengah kepedihan hati Yeremia, ayat itu menyinarkan pengharapan dan terang yang tak diduga. Mungkin ada masa-masa dalam kehidupan kita yang segalanya seolah terasa lenyap dan kita tenggelam dalam lembah keputusasaan. Namun dalam kesedihan kita yang sangat dalam, sering kali kita dikejutkan oleh terang kasih Allah yang terpancar tiada berkesudahan. Kemudian dengan anugerah dan kemurahan hati-Nya, kita dapat menggemakan kata-kata Yeremia: "`Tuhan adalah bagianku,' kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya!'" (ayat 24) -- DCM UJIAN KEHIDUPAN YANG TERGELAP SEKALIPUN
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |