Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-rh/1999/09/08 |
|
Rabu, 8 September 1999 Bacaan : Keluaran 8:20-32 Setahun : 2Tawarikh 26-29 Nas : Sekiranya umat-Ku mendengarkan Aku! (Mazmur 81:13)
|
|
Saya mendengarkan percakapan beberapa orang di sebuah tempat pemancingan di Kanada. "Gangguan lalat tahun ini merupakan yang terburuk yang pernah kita alami!" "Anda membutuhkan senapan untuk melindungi diri, karena lalat-lalat itu begitu besar." "Tak ada pembasmi serangga yang benar-benar ampuh tahun ini." Gigitan serangga hitam itu menimbulkan luka yang secara berangsur membengkak, memerah, dan menjadi sangat gatal. Beberapa gigitan saja sudah membuat hidup sangat sengsara -- bahkan ketika kita sedang mengalami keberuntungan. Namun itu belum seberapa bila dibandingkan dengan peristiwa di Mesir saat tulah keempat melanda negeri itu (Keluaran 8:20-24). Seperti kata Musa, udara pun dipenuhi lalat pikat. Lalat itu masuk sampai ke dalam istana Firaun, memenuhi rumah para pegawai istana, dan juga di semua tempat di Mesir, kecuali di tanah Gosyen, tempat kediaman orang Israel. Dengan peristiwa ini, seharusnya Firaun mendengarkan dengan sungguh-sungguh setiap perkataan Musa. Namun setelah lalat-lalat itu pergi, ia kembali mengeraskan hati (ayat 32), sehingga ia dan rakyatnya mendapat hukuman yang lebih berat dari Tuhan. Kadangkala Tuhan menggunakan cara-cara tegas untuk menarik perhatian kita. "Lalat pikat" ini dapat muncul dalam berbagai bentuk, yakni kesulitan, kegagalan terus-menerus, rasa bersalah, atau kepedihan yang dialami orang-orang yang kita kasihi. Pada saat-saat itulah, kita harus mendengarkan Allah dengan sungguh-sungguh. Dengarkanlah Tuhan dengan sungguh-sungguh sebelum "lalat-lalat itu mulai mendengung" -- DCE
HATI YANG DIKERASKAN DAPAT BERAKIBAT LEBIH SERIUS
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |