Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-rh/2007/08/12 |
|
Minggu, 12 Agustus 2007 Bacaan : Roma 12:9-12 Setahun : Mazmur 84-86; Roma 12 Nas : Biarlah rohmu menyala-nyala (Roma 12:11)
|
|
Saat ini tungku perapian yang modern telah menyederhanakan kegiatan yang biasa dilakukan untuk menjaga rumah tetap hangat pada saat musim dingin. Kita dapat dengan mudah mengatur waktu pada termostat, sehingga rumah kita akan tetap hangat ketika kita bangun di pagi hari. Akan tetapi, dahulu, api harus dijaga dengan hati-hati dan persediaan bahan bakarnya harus selalu diperhatikan. Kehabisan bahan bakar bisa menimbulkan akibat yang mematikan. Begitu pula dengan kehidupan rohani. Apabila kita berpikir bahwa "api rohani" kita dapat dinyalakan dengan mudahnya seperti tungku perapian modern, maka kita mungkin akan kehilangan gairah terhadap Tuhan. Pada zaman Israel kuno, para imam diperintahkan untuk menjaga agar api di altar tidak padam (Imamat 6:9,12,13). Hal ini membutuhkan kerja keras, tidak hanya masalah mengumpulkan kayu bakar di hutan lebat yang belum pernah dijamah. Sebagian ahli teologi menganggap api di altar sebagai simbol kobaran penyembahan kita kepada Tuhan. Gairah rohani bukanlah sesuatu yang bisa dianggap enteng atau hal yang wajar. Gairah tersebut akan menjadi dingin apabila kita tidak bisa menyediakan bahan bakarnya. Rasul Paulus membicarakan kegairahan rohani dalam suratnya yang ditujukan kepada jemaat di Roma (12:1,2,11). Supaya api penyembahan kita tetap berkobar-kobar, kita harus senantiasa bekerja keras mengisi persediaan bahan bakar kita dengan harapan, kesabaran, doa yang tekun, kemurahan hati, keramahan, dan kerendahan hati (ayat 11-16) -- JAL KASIH KITA KEPADA YESUS
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |