Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-rh/2002/07/23 |
|
Selasa, 23 Juli 2002 Bacaan : Yesaya 1:1-4,12-17 Setahun : Mazmur 33-34; Kisah Para Rasul 24 Nas : Bangsa ini ... memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku (Yesaya 29:13)
|
|
Akropolis, kuil kuno terkenal yang terletak di atas bukit di Atena tak pernah sepi dikunjungi para wisatawan selama berabad-abad. Dari situ, ribuan pelancong dari segala penjuru dunia sering membawa bongkahan batu pualam sebagai oleh-oleh. Namun, bagaimana mungkin bongkahan batu itu tidak pernah habis? Jawabannya sangat mudah. Setiap beberapa bulan, sebuah truk yang bermuatan batu pualam didatangkan dari sebuah tempat, ribuan kilometer jauhnya dari situ. Batu-batu tersebut kemudian ditebarkan di seluruh daerah Akropolis. Jadi para turis selalu dapat pulang sambil dengan bangga membawa benda yang mereka kira suatu peninggalan bersejarah yang benar-benar asli. Kita dapat terkecoh dengan berbagai penipuan semacam itu. Bahasa dan musik religius, benda-benda dan pelayanan religius dapat membodohi kita dan membuat kita berpikir bahwa kita sedang mengalami jamahan Allah. Padahal kita hanya terjebak dalam rutinitas yang hampa. Pada zaman Nabi Yesaya, kebanyakan orang Israel hanya mengikuti arus. Itulah sebabnya Allah berkata, "Jangan lagi membawa persembahan yang tidak sungguh, sebab baunya adalah kejijikan bagi-Ku .... Perayaan-perayaan bulan barumu dan pertemuan-pertemuanmu yang tetap, Aku benci melihatnya" (Yesaya 1:13,14). Penipuan yang bersifat religius hanya akan membuat jiwa-jiwa tetap dahaga. Tindakan-tindakan kita yang saleh belum tentu merupakan iman sepenuh hati yang dikehendaki Tuhan -VCG SESEORANG YANG MUNAFIK MEMANG MEMILIKI ALLAH DI BIBIRNYA
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |