Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-rh/2009/07/14 |
|
Selasa, 14 Juli 2009 Bacaan : Yohanes 1:10-18 Setahun : Yesaya 22-24 Nas : Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu! (Ibrani 4:7)
|
|
Elie Wiesel, penerima hadiah Nobel Perdamaian tahun 1986, adalah seorang yang berhasil selamat dari kekejaman tentara Nazi. Dalam bukunya yang terkenal, Night, ia berkisah tentang pengalamannya ketika berada di Kamp Konsentrasi di Auschwitz dan Buchenwald. Diceritakan tentang seorang anak kecil yang digantung oleh tentara Nazi di hadapan para penghuni kamp. Saat tubuh kecil itu bergoyang meregang nyawa, dari kerumunan orang banyak terdengar suara bertanya, "Di mana Tuhan?" Dan Wiesel menjawab lirih, "Di sana, digantung bersama anak itu." Di tengah ketidakadilan dan penderitaan hidup, kita kerap menjadi ragu akan kasih dan kebaikan Tuhan. Hari ini kita diingatkan kembali akan solidaritas Allah atas kita di dalam Tuhan Yesus, Sang Firman yang telah menjadi manusia dan diam di antara kita (ayat 14). Itu berarti, bahwa Allah Yang Mahaagung dan Mahabesar itu ternyata juga Allah yang dekat. Allah yang kepada-Nya kita memanggil Bapa. Dia tidak berada di luar sejarah, dan mengendalikannya seperti orang yang memainkan remote control. Dia sungguh-sungguh berada di dalam sejarah; terlibat bersama kita; merasakan apa yang kita rasakan; menanggung apa yang kita tanggung. Untuk dapat mengalami solidaritas Allah, syaratnya cuma satu: menerima Sang Firman dan percaya kepada-Nya (ayat 12). Yah, sesederhana itu. Namun, justru itulah yang paling menentukan hidup kita; bukan hanya di dunia ini, tetapi juga dalam kehidupan kekal kelak. Nah, sudahkah Anda membuka hati untuk menerima Dia? -AYA KRISTUS su sungguh-sungguh TURUT MERASAKAN
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |