Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-rh/2007/06/02 |
|
Sabtu, 2 Juni 2007 Bacaan : Lukas 15:25-32 Setahun : 2Tawarikh 17-18; Yohanes 13:1-20 Nas : Anak sulung itu marah dan ia tidak mau masuk (Lukas 15:28)
|
|
Beberapa ahli teologi membagi pelanggaran menjadi "dosa daging" dan "dosa roh". Ini berarti sebagian dosa berasal dari nafsu kedagingan kita; sebagian berasal dari "hati" atau watak kita. Dalam kisah anak yang hilang, sikap si sulung memberi kita contoh tentang dosa roh. Kita cenderung menganggap anak yang hilang itu lebih buruk daripada kakaknya. Namun, akhir kisah itu penting untuk diperhatikan. Anak yang hilang tersebut dipulihkan, diampuni, dan penuh sukacita, sedangkan kakaknya berdiri di luar rumah dan menolak masuk. Si sulung yang tinggal di rumah itu lebih dari sekadar pengisi latar belakang kisah tersebut. Ia membuat kita berpikir tentang kondisi hati kita, karena suasana hati yang muram dapat menciptakan kesengsaraan yang tak terkatakan. Ketidakpuasan, kecemburuan, kepahitan, kebencian, pembelaan diri, sifat mudah tersinggung, dan kurangnya rasa syukur merupakan watak-watak yang dapat merusak pernikahan, menghancurkan anak-anak kita, menjauhkan kita dari teman, dan menyusahkan kehidupan mana pun -- termasuk kehidupan kita. Kita lebih mudah bertahan dalam suasana hati yang buruk dan terperosok dalam sikap menipu diri sendiri dan munafik. Namun, kita harus menjaga hati dari sikap-sikap yang merusak semacam itu. Saat sikap-sikap itu muncul, kita harus mengakuinya, melepaskannya, dan mengalami pengampunan Allah. Jangan biarkan sikap buruk membuat Anda kehilangan kesempatan untuk menikmati sukacita bersama orang lain -- DHR
KEBENCIAN MUNCUL TATKALA MEMANDANG SESAMA
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |