MAKNA DAN TUJUAN

Ketika putri kami baru berumur tiga tahun, saya dan istri memperkenalkan indahnya "seni mencuci piring." Ada satu hal yang membuat saya geli. Di saat banyak anak prasekolah ingin mencuci piring, para orangtua tidak mengizinkan mereka. Kemudian, ketika mereka beranjak remaja dan tidak berminat mencuci piring, orangtua justru menyuruh mereka melakukannya.

Tentu saja pokok persoalan sebenarnya bukan masalah mencuci piring. Namun, lebih pada masalah mengasihi, menghormati, dan menaati Allah. Sebagaimana anak-anak mengasihi, menghormati, dan mematuhi orangtua mereka (Efesus 6:1-3), demikian pula seharusnya mereka menghormati Allah. Dan, bila mereka melakukannya, mereka akan menemukan makna dan tujuan hidup mereka.

Saat ini kita hidup dalam dunia di mana bunuh diri di kalangan remaja menjadi suatu kenyataan yang menggelisahkan. Mengapa mereka begitu putus harapan? Terlalu banyak orang muda yang tidak memiliki alasan untuk hidup. Mereka tidak mengenal sukacita dalam hubungan dengan Allah.

Dalam Maleakhi 1:6, Allah telah mengingatkan umat-Nya bahwa Dia adalah Bapa mereka, karena perilaku mereka mencerminkan bahwa mereka telah melupakan hubungan dengan Dia. Mereka tidak saja melupakan Allah sebagai Bapa mereka, tetapi juga sebagai Tuan mereka, dan mereka tidak melayani Dia.

Kita semua dapat menjalani kehidupan yang bermakna dan bertujuan. Bagaimana caranya? Dengan mengenal Allah sebagai Bapa surgawi, dan menaati-Nya sebagai Tuan dan Tuhan kita -AL

PENGENALAN AKAN ALLAH MEMAKNAI HIDUP
KETAATAN KEPADA ALLAH MEMBERI TUJUAN HIDUP