Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-rh/1999/03/29 |
|
Senin, 29 Maret 1999 Bacaan : 1Samuel 12:16-25 Setahun : 1Samuel 11-13 Nas : Jauhlah dari padaku untuk berdosa kepada TUHAN dengan berhenti mendoakan kamu (1Samuel 12:23)
|
|
Samuel memiliki kepribadian setegar Gunung Everest di tengah pemandangan bersejarah yang datar dan monoton. Sebagai seorang nabi Allah, ia mengadili orang-orang. Karena Israel merupakan negara teokrasi (dipimpin oleh Tuhan), Samuel sebenarnya adalah raja mereka. Ia menjalankan kewajibannya dengan kemampuan dan pengabdiannya, baik kepada Allah maupun kepada rakyat. Namun rakyat menginginkan seorang raja seperti yang dimiliki oleh bangsa-bangsa kafir di sekitar mereka (1Samuel 8:5). Jadi mereka meminta agar hamba Allah ini menyingkir. Samuel terluka hatinya karena penolakan mereka. Ia memahami betapa parahnya ketidaktaatan mereka (12:17-19). Nabi ini bisa saja mengacuhkan raja yang baru dan bangsanya yang suka memberontak ini. Namun sebaliknya ia berkata, "Mengenai aku, jauhlah dari padaku untuk berdosa kepada TUHAN dengan berhenti mendoakan kamu" (ayat 23). Mengapa Samuel berkata demikian? Ia tahu bahwa sekalipun pintu-pintu dihempaskan di hadapannya, pintu yang lain masih terbuka baginya, yaitu pintu untuk berdoa bagi orang lain. Kesalehan Samuel dinyatakan melalui reaksinya terhadap apa yang terjadi. Ia tetaplah seorang hamba Allah, dan akan tetap memperhatikan umat Allah. Ketika kita dihina oleh orang-orang yang kita layani, kita harus memutuskan untuk tidak berdosa terhadap Tuhan dengan membalas menghina mereka. Sebaliknya, dengan kasih karunia Allah, kita dapat mendoakan dengan tulus mereka yang mungkin tidak menghargai usaha baik kita -- HWR BERDOALAH BAGI MEREKA YANG MENGANIAYA KAMU
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |