Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-rh/2007/03/05 |
|
Senin, 5 Maret 2007 Bacaan : 1 Samuel 1:9-18 Setahun : Bilangan 34-36; Markus 9:30-50 Nas : Aku ... mencurahkan isi hatiku di hadapan Tuhan (1Samuel 1:15)
|
|
Kadang kala saya merasa seperti berada dalam hubungan yang buruk -- dengan diri sendiri! Setiap kali Julie sang penulis memulai sebuah paragraf, Julie sang editor menyela. "Jangan, jangan, jangan begitu. Jangan mengatakan dengan cara seperti itu. Mengapa kau selalu bernada sangat negatif?" Atau "Apa yang membuatmu berpikir bahwa kau memiliki hal yang berharga untuk dikatakan?" Sebelum menyelesaikan sebuah pemikiran, pribadi saya yang lain mengoyak-ngoyak. Ini merupakan ritual yang sangat melemahkan. Hal ini juga kondisi yang umum terjadi pada manusia. Setan senang mengacaukan pikiran kita dengan kritik, dan ia berusaha agar kita melontarkan kritik itu kepada orang lain dan diri sendiri. Kita terlalu dini menghakimi orang lain dan berusaha mengoreksi orang lain sebelum mengetahui apa yang akan mereka katakan. Itulah yang dilakukan Imam Eli ketika Hana berseru kepada Allah. Ia menyela doa Hana dan menuduhnya mabuk (1 Samuel 1:12-14). Namun, Allah mengizinkan kita mencurahkan isi hati secara jujur kepada-Nya (Mzm. 62:9). Bahkan, mazmur itu menunjukkan bahwa saat kita mengungkapkan keraguan dan rasa takut itulah Allah memulihkan kita. Banyak Mazmur yang diawali dengan keputusasaan dan diakhiri dengan pujian (NULL, 42, 60, 69, 73). Ketika terjadi perang batin, curahkanlah isi hati Anda di hadapan Tuhan (1 Samuel 1:15). Dia akan membuat hal yang tampaknya bodoh menjadi masuk akal -- JAL Bila kekacauan mengguncang jiwa DOA TAK MEMBUAT ALLAH MEMANDANG
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |