Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-rh/1998/02/25 |
|
Rabu, 25 Februari 1998 Bacaan : 2Korintus 7:1-12 Setahun : Ulangan 29-31 Nas : Dukacita menurut kehendak Allah menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan (2Korintus 7:10)
|
|
Lloyd Ogilvie, pendeta dari Senat Amerika, menceritakan peristiwa yang dialaminya saat ia sedang makan siang bersama seorang pengusaha terkemuka. Seorang wanita yang mengenali eksekutif tersebut, berjalan ke arah meja dan menyapanya dengan tepukan yang keras di punggungnya, menyebabkan ia menumpahkan kopi ke bajunya. Kemudian dengan gayanya yang norak, ia melemparkan selendang bulunya melewati bahu, dan mengenai wajah Dr. Ogilvie. "Oh, maaf," ia meminta maaf. Eksekutif itu menatap matanya dan berkata, "Nyonya, jangan cuma minta maaf, berubahlah!" Pada saat kita berdosa, Tuhan tidak tertarik pada permintaan maaf yang tergesa. Dia mencari sikap yang berbeda dan perubahan perilaku. Kitab Suci menyebut hal ini sebagai dukacita menurut kehendak Allah yang menghasilkan pertobatan (2Korintus 7:9-10). Paulus melihat dukacita ini dalam jemaat di Korintus, yang dihasilkan dari tanggapan mereka atas surat teguran yang di tulis Paulus sebelumnya (1Korintus 5:1-8). Pada mulanya Paulus merasa susah hati karena telah membuat mereka berduka (2Korintus 7:8), tetapi saat kedukaan mereka membimbing mereka pada perubahan hati yang sejati, sang Rasul pun bersukacita (ayat 9-11). Dukacita atas dosa dapat menjadi baik atau buruk. Bagaimanapun, hanya dukacita yang menuntun kepada keinginan untuk berubah itulah yang membebaskan kita dari rasa bersalah dan memperbarui sukacita kita atas keselamatan [DJD]
PERTOBATAN: DUKACITA DARI HATI
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |