Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-rh/2018/02/10 |
|
Sabtu, 10 Februari 2018 Bacaan : Matius 20:1-16 Setahun : Imamat 24-25 Nas : Ketika mereka menerimanya, mereka bersungutsungut kepada pemilik kebun itu. (Matius 20:11)
|
|
Aji mengidolakan Bayu sebab caranya berjalan dan berpakaian sungguh keren. Bayu sangat terpikat pada Catur. Dan dirinya ingin menjadi seperti Catur yang adalah pemain utama dalam regu basket sekolah. Catur punya kekagumannya tersendiri terhadap Danu yang pandai bergaul. Danu amat terpukau dan terobsesi oleh keterampilan Aji berenang. Lucu. Jika diurutkan, sebenarnya Aji cukup menjadi dirinya sendiri saja. Para pekerja pertama ditemukan terdahulu dan mendapat kesempatan pertama untuk bekerja-sementara banyak orang menganggur pada hari itu. Sungguh suatu karunia-berkat, bukan? Mereka pun diupah sesuai perjanjian (ay. 2, 13). Tidak ada yang salah. Tetapi mengapa waktu menerima upahnya mereka bersungut-sungut? (ay. 11). Itu karena mereka membandingkan diri dengan upah yang diterima pekerja-pekerja lain (ay. 9-10). Pembandingan itu membangkitkan iri hati yang menghapus segala rasa syukur atas kebaikan yang telah mereka terima (ay. 15). Berkat diberikan untuk diterima dengan syukur. Bukan untuk dibandingkan, apalagi ditandingkan. Mengukur dan mengadunya pasti membuat rasa dengki menyala di hati. Padahal iri hati melenyapkan syukur, kegembiraan, keceriaan, bahkan seluruh kebaikan yang ada pada diri kita. Bukankah itu ongkos yang terlalu mahal untuk dibayar? --PAD/www.renunganharian.net IRI HATI LAYAKNYA "KACAMATA HITAM" YANG MEMBUTAKAN KITA
Dilarang mengutip atau memperbanyak materi Renungan Harian® tanpa seizin penerbit (Yayasan Pelayanan Gloria) Anda diberkati melalui Renungan Harian®?
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |