Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-rh/2006/01/19 |
|
Kamis, 19 Januari 2006 Bacaan : Ayub 2:1-10 Setahun : Kejadian 46-48; Matius 13:1-30 Nas : Apakah engkau memerhatikan hamba-Ku Ayub? (Ayub 1:8)
|
|
Setelah mata ayah saya yang terluka parah harus diangkat lewat pembedahan, para dokter dan perawat mengomentari sikap ayah saya yang menerima dengan baik kehilangan itu. Responsnya memang luar biasa. Di sepanjang percobaan berat itu saya tidak pernah mendengar ia mengeluh. Setelah kecelakaan itu seseorang bertanya kepada saya, "Mengapa Allah mengizinkan hal ini terjadi? Hal apakah yang masih harus dipelajari ayah Anda di usianya sekarang?" Tidak semua tragedi terjadi karena kita masuk di "sekolah" didikan keras Allah yang berlawanan dengan kehendak kita. Selalu ada sesuatu yang dapat kita pelajari dari penderitaan. Namun dalam hal ini, ayah saya adalah guru sekaligus murid. Respons Ayah terhadap rasa sakit dan kehilangan yang dialaminya, digabung dengan respons saleh ibu saya terhadap masalah kesehatannya sendiri, memberi saya pelajaran yang diyakini oleh hamba Allah, Ayub, sebagai sesuatu yang benar. Pada puncak penderitaannya, istri Ayub mendorongnya untuk mengutuki Allah dan mati (Ayub 2:9). Namun Ayub menjawab, "Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?" (ayat 10). Ayub tidak mengerti sebab dari penderitaannya, namun ia menyatakan kepercayaannya yang teguh kepada Allah yang berhak mengizinkan kesulitan maupun kebaikan di dalam hidup kita. Di dalam penderitaan, penting bagi kita untuk merenungkan apa yang Allah ingin untuk kita ajarkan, juga apa yang diinginkan-Nya untuk kita pelajari -- JAL KESULITAN CENDERUNG MENGHASILKAN SIFAT YANG HEBAT
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |